Kamis, 22 Oktober 2009

Buteki

Tujuan Pelatihan Konseling Menyusui

A.Tujuan Umun

Berdasarkan latar belakang di atas, pelatihan ini mempunyai tujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan
2. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI
3. Tenaga Kesehatan lebih memahami konsep pemberian makan bayi dan anak dengan tepat.
4. Tersosialisasinya Kebijakan Nasional dan Internasional mengenai pemberian makanan untuk bayi dan anak.

B.Tujuan Khusus

Dengan program pelatihan konselor dan fasilitator laktasi, lembaga penyelenggara dapat:

1. Memotivasi para tenaga pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
2. Meningkatkan peserta tentang tatalaksana menyusui.
3. Meningkatkan kemampuan peserta dalam hal konseling menyusui.
4. Memiliki tenaga profesional pembantu ibu menyusui dengan kemampuan konseling.
5. Peserta yang telah dilatih menjadi konselor laktasi, berperan secara langsung dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Manfaat ASI
A. Untuk Bayi
Berikut manfaat ASI untuk bayi
1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik.
2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi.
3. Setelah umur 1 tahun, pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.
4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia.
5. Komposisi ASI ideal untuk bayi
6. ASI mengurangi resiko infeksi, sembelit, dan alergi.
7. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit
8. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice).
9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya.
10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak.
11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk .
12. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.
13. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI.
14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.
15. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anakUntuk Ibu
Berikut manfaat ASI untuk ibu menyusui :
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut.
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pindah ke dalam ASI.
3. Ibu menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu.
5. ASI lebih praktis.
6. ASI lebih murah.
7. ASI selalu bebas kuman.
8. Wanita yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
9. ASI tak bakalan basi.
B. Untuk Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit.
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
6. Lebih praktis saat akan bepergian.
C. Untuk Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa Negara.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak.
5. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.

Gizi Menyusui
Seorang ibu menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh si bayi datang dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Proses menyusui itu sendiri membantu ibu mengurangi berat badan dan menjadi langsing kembali. Ibu menyusui biasanya cepat merasa haus. Penggunaan pil KB selama menyusui juga harus dihindari. Wanita sebaiknya menggunakan metode KB alami, kondom, atau IUD daripada menggunakan KB hormonal (pil, suntik, susuk).
Tabel Gizi
MAKANAN SAAT TIDAK HAMIL DAN 4 BLN PERTAMA KEHAMILAN 5 BULAN TERAKHIR KEHAMILAN MENYUSUI
Susu (sapi atau kedelai) 600ml 1200ml 1200ml
Protein hewani: daging matang, ikan, atau unggas) atau Protein Nabati:(biji-bijian, kacang-kacangan, produk susu, produk kedelai) 1 porsi 1-2 porsi 3 porsi atau lebih
Telur 1 butir 1 butir 1 butir
Buah dan Sayuran yang kaya Vit A (sayuran hijau atau kuning) brokoli, kailan, kangkung, caisim, labu, wortel, tomat 1 porsi 1 porsi 1 porsi
Buah dan Sayuran yang kaya Vit C: jeruk-jerukan, tauge, tomat, melon, pepaya, mangga, jambu 1-2porsi 2porsi 3porsi
Biji-bijian (beras merah, roti wholemeal, havermut, mie 3-4porsi 3-4porsi 3-4porsi
Mentega, margarine, minyak sayur gunakan secukupnya

Jumat, 16 Oktober 2009

Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni yang membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.

Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan:

  1. menciptakan lingkungan yang mendukung
  2. mengubah perilaku
  3. meningkatkan kesadaran

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri.

10 Kiat Hidup Sehat

Hidup yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa terlanda ”penyakit” aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh sendiri maupun obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap sehat tanpa harus sering berobat. Sudah bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan yang mampu melindungi badan dari serangan penyakit. Itu kalau sistemnya bekerja! Kadang- kadang suka ngadat. Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun, niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup mencegah penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. Di mana-mana, mencegah sebelum terjadi itu lebih baik daripada mengobati yang sudah telanjur marak.

Berikut 10 tips yang dapat dipakai untuk hidup sehat:

1. Kenali Diri Anda, Baik Fisik Maupun Kejiwaan

2. Tidak Terburu-buru Merasa Sakit

3. Mengusahakan Variasi Makanan Sehari-hari

4. Menyesuaikan Konsumsi dengan Tingkatan Umur

5. Berolahraga Secara Teratur Sesuai Kemampuan

6. Selalu Menjaga Kebersihan

7. Meluangkan Waktu untuk Bersantai

8. Back to Nature (kembali ke alam)

9. Mengolah Pernapasan

10. Menggemari Bacaan Kesehatan

Jangan takut untuk mengambil suatu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda takkan bisa meloncati sebuah jurang dengan dua lompatan kecil saja.

Untuk itu, jagalah kesehatan, karena sehat itu penting.

So,, mencegah lebih baik daripada mengobati.

'N',, sehat itu indah...

Sejarah Kebidanan

1. Definisi Kebidanan

Zaman Dahulu : Hukum keajaiban alam yang tersebar ( manusia harus berkembangbiak )
Lebih Maju : Hukum alam bagi kedua mahluk yang berlainan jenis sebagai akibat hawa nafsu
Lebih Maju Lagi : Ilmu yang mempelajari kelahiran manusia mulai hamil, lahir dan nifas dipelihara

2. Asal Kata Kebidanan

Berasal dari bahasa asing ( latin ) : OBSTO OBSTERTRIC artinya mendampingi

3. Perkembangan Kebidanan

3.1 Para Pelopor Yang Bekerja Sama Dalam Perkembangan Kebidanan

a.Hipokrates Dari Yunani Thn 460 – 370 SM disebut Bapak Pengobatan

• Menaruh perhatian terhadap kebidanan / keperawatan dan pengobatan

• Wanita yang bersalin dan nifas mendapatkan pertolongan dan pelayanan selayaknya.

b.Soranus Thn 98-138 SM berasal dari Efesus/Turki disebut Bapak Kebidanan
• Berpendapat bahwa seorang ibu yang telah melahirkan tidak takut akan hantu atau setan dan menjauhkan ketahyulan

• Kemudian diteruskan oleh Moscion bekas muridnya : meneruskan usahakan dan menulis buku pelajaran bagi bidan-bidan yang berjudul : Katekismus bagi bidan-bidan Roma pengetahuan bidan semakin maju

3.2 Perkembangan Di Prancis

a.Ambroise Pare ( 1501-1590 )

Menemukan persi pedali ( sekarang versi ekstraksi ) yaitu memutar anak letak sungsang menjadi letak normal

b.Prancois Mauriceau

Penarikan kepala pada letak sungsang dengan memasukkan 2 jari kedalam mulut bayi agar kepala fleksi ( prasat mauriseau )

3.³ Perkembangan Di Inggris

a.William Smillie ( 1697-1763 )

Adalah seorang dokter yang memperdalam ilmunya di Prancis kemudian kembali kesehatan Inggris dan mengembangkan ilmu kebidanan di Inggris ( merobah praktek, menulis buku, mengenai pemasangan cunam, dan ukuran panggul sempit dan normal )

b.William Hunter ( 1716-1788 )

Murid William Smillie melanjutkan usaha William Smillie.

3. Perkembangan Di Amerika Serikat

Dahulu persalinan di tolong dukun yang tidak berpendidikan apabila wanita sukar melahirkan ia diusir serta ditakuti agar rasa sakit bertambah karena kesedihan.
Yang pertama sekali melakukan praktek kebidanan yaitu : Samuel Puller Dan Istrinya ( 1634 ) banyak menolong persalinan dan menghilangkan kepercayaan lama. Orang Amerika mendengar tentang pekerjaan William Smillie dan Hunter dan pergi ke Inggris untuk memperdalam ilmunya.

a.Dr. Jomes Hold (1728-1810)

b.Dr. Willian Shipped ( 1738-1808)

• Mendirikan kursus kebidanan di RS bersalin

• Menganjurkan partus buatan pada bayi prematur pada ibu yang panggulnya sempit.

c.Dr. Samuel Bard ( 1742-1821), Membuat buku kebidanan

• Cara pengukuran konjugata diagonalis

• Kelainan – kelainan panggul

• Melarang pemeriksaan dalam jika ada indikasi

• Dll

d.Dr. Walter Channing

• Yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas

e.Dll
Setelah mengalami kemajuan yang begitu cepat, maka Negara-negara lain pun mulai menyususl.

4. Perkembangan Kebidanan Di Indonesia

Pelayanan Kebidanan Zaman Dahulu

Dilakukan oleh dukun pria atau wanita yang dilakukan di rumah penderita atau dukun dengan cara :

• Membaca Mantra

• Mengusir setan – setan dengan menyajikan kurban

• Melakukan masase pada penderita

• DLL

a.Kehamilan

• Melakukan pantangan : pantangan makan tertentu, terhadap pakaian, jangan pergi malam-malam, dll

• Kenduri : dilakukan 3 bulan kehamilan dan pada usia 7 bulan

b.Persalinan

Dilakukan dengan duduk di atas tikar dan dukun mengurut-urut perut ibu dan menekannya dan membaca mantra, tali pusat dipotong dengan bambu dan dieri kunyit.

c.Nifas
Setelah persalinan ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu harus bisa merawat diri sendiri dan diberi jamu

• Sejak dahulu sampai dengan sekarang yang memegang peranan adalah dukun bayi

• Praktek kebidanan modern di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda thn 1850 di buka kursus bidan yang pertama sampai dengan 1873

• 1879 dimulai pendidikan bidan

• 1950 setelah kemerdekaan jumlah para medis kurang lebih 4000 orang, dokter umum 475 orang dan obgyn 6 orang

• 1979 jumlah obgyn 286 orang, bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia

• Pertolongan persalinan untuk masyarakat desa lebih banyak oleh dukun tradisional kurang lebih 90 %, bidan 6 %, dokter 1 %

Tahun 1950 didirikan balai – balai kesejahteraan ibu dipimpin oleh bidan yang kegiatannya :

1. Pemeriksaan ANC

2. Pemeriksaan PNC

3. Pemeriksaan dan pengawasan bayi dan anak balita

4. KB

5. Penyuluhan kesehatan di BKIA diadakan pelatihan dukun bayi

Sejarah Promkes dalam Kebidanan

Dari perjalanan sejarah, dari masa penjajahan sampai sekarang, Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan telah mengalami pasang surut. Banyak yang telah dicapai, tetapi lebih banyak lagi yang belum dilakukan. Di antara semuanya itu, yang paling penting adalah pengambilan hikmah, makna, nilai atau “wisdom” yang dapat ditarik dari rentetan perjalanan sejarah itu. Kemudian belajar dari semuanya itu kita dapat menjalani masa kini dan menghadapi masa depan dengan lebih terarah dan mantap.

Beberapa hikmah, makna atau nilai yang dapat dipetik dari perjalanan sejarah Promosi Kesehatan itu adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan (atau apapun namanya waktu itu: Propaganda, Pendidikan, Penyuluhan atau nama lainnya lagi) merupakan kebutuhan mutlak baik bagi masyarakat maupun bagi penyelenggara kesehatan.

2. Bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu dilakukan secara terpadu dengan program-program kesehatan. Promosi kesehatan tanpa program akan tidak berarti apa-apa (lumpuh), sebaliknya program kesehatan tanpa promosi kesehatan akan kurang mengenai sasaran (buta).

3. Bahwa gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan esensi dari upaya Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan. Upaya ini adalah upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan model Pendidikan Kesehatan Rakyat (Model Bekasi), Daerah Kerja Intensif PKM (Model Bandung), Pendekatan Edukatif, Pengembangan PKMD, Posyandu, Gerakan PHBS, dll.

4. Bahwa gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut perlu didukung dengan upaya bina suasana (mempengaruhi opini publik) dan upaya advokasi kebijakan (mempengaruhi kebijakan yang berorientasi sehat). Bahwa untuk itu perlu dikembangkan rencana aksi yang jelas dan operasional.

5. Bahwa kemitraan dengan berbagai pihak perlu dilakukan, baik lintas program, lintas sektor, pemerintah-masyarakat, termasuk swasta dan LSM, Pusat-Daerah, unsur pelayanan-unsur ilmuwan/Perguruan Tinggi, maupun antara berbagai negara dalam lingkup lingkup global/internasional.

6. Bahwa SDM promosi kesehatan dalam praktek kebidanan profesional perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, sehingga mempunyai kemampuan yang diperlukan sebagai planner, mediator, educator, advocator, social marketer, dll.

7. Bahwa metode dan teknik promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu terus menerus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kemajuan dan perkembangan IPTEK, yang juga dapat memenuhi berbagai kebutuhan berdasar keadaan, masalah dan potensi setempat.

8. Bahwa pengembangan promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu dilakukan berdasarkan pada fakta (evidence-based) dengan mendayagunakan data dan informasi dalam perencanaan dan pencatatan/pelaporan, yang dilakukan sejak di tingkat Kabupaten/Kota, sampai tingkat Provinsi dan Nasional.

9. Bahwa untuk menjalankan kegiatan promosi kesehatan dalam praktek kebidanan diperlukan dukungan organisasi yang mantap, baik di Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila memungkinkan di tingkat Pusat eselonnya dapat ditingkatkan menjadi eselon I sehingga dapat mengemban visi dan misinya secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sedangkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota menyesuaikan.

10. Selain itu juga diperlukan adanya Organisasi Profesi Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan yang kuat, yang berperan antara lain sebagai mitra, pemikir, pemasok, pengamat dan pengkritik kegiatan promosi kesehatan di lapangan.

Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan ini perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan dalam praktek kebidanan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,menurunkan angka kematian ibu & bayi, sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.

Itu semua kita lakukan adalah dalam rangka membangun jiwa dan membangun badan, sebagaimana tertuang dalam lagu kebangsaan kita. Maka Hiduplah Indonesia Raya. Dalam kaitan dengan itu, kita, kapan dan di manapun berada, perlu melakukan sesuatu, apa saja yang dapat kita lakukan asal positif, dengan ihlas. Sebagai penutup buku ini, kita perlu renungkan kata-kata bijak dari orang yang sangat bijak bestari, yaitu: “Mulailah dari dirimu sendiri”.

Dalam promosi kesehatan dalam praktek kebidanan berbagai upaya telah dilakukan salah satunya adalah:

1. Munculnya Posyandu

Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri, dibidang kesehatan.

Secara teori, pada periode ini telah muncul perbedaan sudut pandang. Mulai terlihat bahwa salah satu kelemahan dari pendekatan edukatif adalah belum berhasil memunculkan “community real need”. Yang terjadi adalah bahwa melalui pendekatan edukatif ini telah muncul berbagai “community felt need”. Akibatnya muncul berbagai kegiatan masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan munculnya aneka ragam kegiatan masyarakat tersebut, sulit untuk memperhitungkan kontribusi kegiatan masyarakat tersebut terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong para pengambil keputusan di lingkungan Departemen Kesehatan untuk melakukan perubahyan pada pendekatan edukatif sebagai strategi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pada tahun 1984, berbagai kelompok kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan), dilebur menjadi satu bentuk pelayanan kesehatan terpadu yang disebut Posyandu (pos pelayanan terpadu). Atau lengkapnya Pos Pelayanan Terpadu KB-Kesehatan. Peleburan menjadi Posyandu tersebut, selain setelah dicoba dikembangkan di Jawa Timur, juga setelah melalui tahap kegiatan uji coba di tiga provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dipadukannya pelayanan KB dan kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat. Karena dengan keterpaduan pelayanan ini masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.

Secara konsepsual, Posyandu merupakan bentuk modifikasi yang lebih maju dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menunjang pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan angka kematian bayi. Modifikasi tersebut adalah dengan tetap mempertahankan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, gotong royong dan sukarela, namun bentuk kegiatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan tidak lagi beragam, karena sudah diarahkan dan diseragamkan yaitu Posyandu. Melalui keseragaman kegiatan masyarakat dalam bentuk Posyandu, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya penurunan angka kematian bayi dan balita.

Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan di lapangan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan teknis Puskesmas, Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan BKKBN. Posyandu melaksankan 5 program kesehatan dasar yakni: KB, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, dan penaggulangan diare. Adapun sasaran utama adalah menurunkan angka kematian bayi dan memperbaiki status kesehatan dan gizi balita, maupun ibu hamil dan menyusui.

Posyandu merupakan wadah partsipasi masyarakat, karena Posyandu paling banyak menggunakan tenaga kader. Kader ini merupakan tenaga relawan murni, tanpa dibayar, namun merupakan tenaga inti di Posyandu. Sebagian besar kader adalah wanita, anggota PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Maka dapat dikatakan bahwa PKK merupakan sumber penggerak Posyandu. Tokoh-tokoh di awal terbentuknya Posyandu ini adalah: Dr. M. Adhyatma, Dr. Suyono Yahya, Ibu Soeparjo Rustam, dll.

2. Tujuan Posyandu dan Sistem Pelayanan 5 Meja

Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan, yakni ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatanan ibu dan anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diere, dan keluarga berencana.

Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, yakni:

· Untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.

· Untuk mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

· Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat dalam rangka menunjang meningkatnya kesehatan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja, dengan urutan sebagai berikut:

1. Meja 1:Melayani pendaftaran bagi para pengunjung Posyandu, yang dikelompokkan menjadi 3 yakni: bayi dan anak balita, Ibu hamil dan menyusui, dan PUS (pasangan usia subur). Pelayanan meja 1 dilakukan oleh kader kesehatan.

2. Meja 2: Melayani penimbangan bayi, balita, dan ibu hamil, dalam rangka memantau perkembangan bayi, balita, dan janin dari ibu yang sedang hamil, yang dilayani oleh kader kesehatan.

3. Meja 3: Melayani pencatatan hasil dari penimbangan dari Meja 2 didalam KMS (kartu menuju sehat), baik KMS bayi/balita maupun KMS ibu hamil, juga dilayanani oleh kader.

4. Meja 4: Melakukan penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ib hamil, sebagai tindak lanjut dari hasil pemantauan status gizi, balita dan ibu hamil, dan KB. Meja ini dilayani oleh petugas atau kader.

5. Meja 5: Dilakukan pelayanan oleh petugas medis/para medis dari Puskesmas untuk imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yang memerlukan, dan periksa hamil. Bila terdapat kasus yang tidak dapat ditangani oleh Posyandu, mereka akan dirujuk ke Puskesmas.

3. Perkembangan pesat Posyandu­­­­

Penyelenggaraan Posyandu pada berbagai tatanan administrasi, merupakan satu bentuk demonstrasi tentang betapa efektifnya jejaring kemitraan yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan. Di Depkes, unit yang merupakan penggerak kegiatan Posyandu ini adalah Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat (BPSM) yang berada di bawah Direntorat Jenderal Binkesmas, yang merupakan ”saudara kembar” dari unit Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang berada dibawah Sekretariat Jendral.

Dalam rangka pengembangan jejaring kemitraan untuk mennunjang penyelenggaraan Posyandu, Departemen Dalam Negeri mengambil prakarsa untuk mewujudkan Kelompok Kerja nasional Posyandu (Pokjananl Posyandu), sebagai bagian dari institusi LKMD yang ada pada setiap jenjang administrasi pemerintahan. LKMD ini merupakan wadah koordinasi berbagai kegiatan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Inilah yang merupakan salah satu kunci suksesnya pengembangan Posyandu, yaitu karena terjalinnya kemitraan yang kuat dan luas di kalangan penyelenggara pemerintahan melalui Pokjanal Posyandu tersebut.

Demikianlah kemudian Posyandu berkembang sangat pesat. Terakhir tercatat tidak kurang dari 240.000 buah Posyandu yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Banyak pejabat kesehatan dunia dan dari negara sahabat datang berkunjung, serta berdecak kagum melihatnya dari dekat. Ini juga tidak lepas dari para kader PKK (penggerak kesejahteraan keluarga) yang menjadi penggerak Posyandu mulai dari Pusat sampai ke lini paling depan. Atas perannya ini, wajarlah apabila Ibu Suparjo Rustam memperoleh penghargaan deari WHO (berupa Sasakawa award).

Memang belum dapat diketahui secara pasti berapa besar kontribusi keberadaan dan kegiatan Posyandu ini terhadap penurunan angka kematian bayi. Tetapi yang pasti memang terjadi penurunan angka kematian bayi berbarengan dengan melesatnya perkembangan Posyandu di Indonesia. Namun Posyandu belum berdampak positif pada penurunan angka kematian ibu. Dan dengan terjadinya krisis ekonomi dan sosial di sekitar tahun 2000, banyak Posyandu yang terpuruk. Pada saat ini sedang dilakukan kegiatan revitalisasi Posyandu.